JAKARTA – Persaingan Perang harga mobil listrik di pasar Indonesia semakin memanas seiring munculnya banyak produsen asal China yang menawarkan kendaraan listrik dengan harga sangat rendah. Fenomena perang harga ini dinilai membuat pasar semakin kompetitif, namun sekaligus menimbulkan pertanyaan mengenai kualitas produk yang dijual.
Commercial Director Polytron, Tekno Wibowo, menegaskan bahwa perang harga hanya bersifat sementara dan bukan indikator utama kualitas kendaraan listrik. Menurutnya, harga murah tidak selalu mencerminkan nilai terbaik, terlebih jika konsumen belum mengetahui ketahanan maupun performa produk dalam jangka panjang.
“Polytron selalu percaya ada harga ada kualitas. Kita tidak ingin mengorbankan kualitas hanya karena perang harga. Pada akhirnya, konsumen akan membuktikan apakah harga yang mereka bayar sesuai dengan kualitas yang mereka dapat,” ujar Tekno di Jakarta, Rabu (19/11/2025).
Ia mengakui bahwa strategi banting harga sejumlah produsen dapat menyulitkan Polytron dalam menentukan harga jual. Produk mereka kerap dibandingkan secara langsung dengan mobil listrik dari China yang dibanderol sangat rendah. Meski begitu, Polytron memilih tetap konsisten mempertahankan harga yang dinilai mencerminkan kualitas produknya.
Untuk memberikan rasa aman kepada konsumen, Polytron menawarkan program buyback guarantee sebesar 70 persen dalam tiga tahun pertama. Skema ini diklaim memberikan perlindungan risiko lebih besar dibanding sejumlah kompetitor yang tidak menawarkan jaminan serupa.
Penjualan mobil listrik Polytron sendiri menunjukkan tren positif. Mobil pertama mereka mulai dipasarkan pada Mei 2025, dan distribusi ke konsumen dimulai pada Juli 2025. Sejak itu, penjualannya meningkat signifikan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) hingga Oktober 2025, tercatat 103 unit terjual secara retail, naik hampir lima kali lipat dari September yang hanya 29 unit.
Secara total sejak Juli 2025, sudah 150 unit mobil listrik Polytron dikirimkan ke konsumen di Indonesia. Meski jumlah tersebut masih jauh dari dominasi merek-merek besar, Polytron menilai pencapaian tersebut menunjukkan adanya penerimaan yang cukup baik dari masyarakat.
Dengan persaingan yang semakin ketat, Polytron berharap konsumen dapat mempertimbangkan faktor kualitas, layanan purna jual, serta nilai jangka panjang dibanding hanya terpaku pada harga murah. Waktu, kata Tekno, akan menjadi pembukti utama mana produsen yang benar-benar menawarkan kendaraan listrik berkualitas dan layak bersaing di pasar Indonesia.
