Toyota Corolla DX tetap menjadi salah satu mobil klasik paling diminati meski usianya telah menembus lima dekade. Sejak pertama kali hadir di Indonesia pada era 1970-an, Corolla generasi keempat itu terus diburu para penggemar mobil retro maupun pecinta balap karena desainnya yang ikonik, mesin bandel, serta kemudahan perawatan.
Secara global, Toyota Corolla merupakan salah satu model paling sukses dalam sejarah otomotif. Sejak diperkenalkan pada 1966, lebih dari 50 juta unit telah terjual di seluruh dunia, mengungguli penjualan mobil legendaris seperti Ford F-Series maupun VW Beetle. Di Indonesia, Corolla mulai masuk ketika model tersebut telah memasuki generasi kedua pada 1970–1975 dan langsung mendapatkan tempat istimewa di hati masyarakat.
Beberapa generasi Corolla bahkan memiliki julukan khusus dari para pemiliknya, mulai dari “Corbet” untuk Corolla Betawi, hingga “Corvet” dan “Greco” untuk generasi-generasi berikutnya. Namun dari sekian banyak model, Corolla DX—kode sasis KE70—menjadi salah satu yang paling dicintai. Hadir sejak 1979, Corolla DX membawa perubahan desain besar lewat bodi kotak dengan garis-garis tegas, berbeda dari generasi sebelumnya yang masih banyak menggunakan lekukan.
Sebagai sedan subkompak, Corolla DX menggunakan mesin 4K-U 1.290 cc yang juga dipakai Toyota Kijang KF20. Dengan tenaga 74 hp dan torsi 105 Nm, performanya cukup bertenaga tetapi tetap irit bahan bakar. Keunggulan lain adalah perawatan yang mudah dan murah berkat teknologi sederhana serta ketersediaan suku cadang yang melimpah.
Corolla DX hadir dalam tiga versi: lampu bulat, lampu kotak, dan lampu kotak besar. Ketiganya menggunakan sistem penggerak roda belakang (RWD), menjadikannya generasi terakhir Corolla yang memakai konfigurasi tersebut. RWD inilah yang membuat DX sangat digemari komunitas drifting karena karakter oversteer yang alami.
Menariknya, Corolla DX memiliki banyak kesamaan dengan AE86 Sprinter Trueno, mobil drifting legendaris dari generasi kelima Corolla. Sasis, suspensi, hingga poros prop disebut identik, sehingga hanya dengan sedikit modifikasi, Corolla DX dapat menjadi mobil drifting yang mumpuni. Pebalap lokal seperti Denny Pribadi bahkan diketahui menggunakan mobil ini untuk kebutuhan drifting.
Daya tarik lainnya adalah desain bodi yang dinilai mirip Nissan Skyline GT-R generasi pertama sehingga memberikan kesan sporty. Hal ini membuat Corolla DX sangat fleksibel untuk modifikasi, mulai dari gaya drifting, rally, hingga tampilan hellaflush.
Popularitas Corolla DX tidak hanya terjadi di Indonesia. Secara global, generasi keempat Corolla berperan besar dalam mempercepat penjualan Toyota di awal 1980-an. Pada 1983, ketika generasi tersebut berhenti diproduksi, Toyota telah menjual 10 juta unit Corolla lintas generasi—rekor tercepat untuk sebuah mobil setelah Perang Dunia II.
Hingga kini, Corolla DX terus diburu pecinta mobil retro maupun kolektor. Di platform jual beli seperti OLX, harga kendaraan ini bervariasi. Unit paling murah bisa ditemukan di kisaran Rp20 juta, sementara unit mulus dan kondisi istimewa bisa berharga puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Namun demikian, pembeli perlu memperhatikan beberapa kekurangan unit bekas seperti bodi keropos atau setir berat akibat tidak adanya power steering. Masalah bodi dapat diperbaiki di bengkel body repair, sementara setir berat bisa diatasi dengan pemasangan power steering Kijang atau mengganti komponen seperti rack end maupun ball joint jika diperlukan.
Dengan perawatan yang relatif mudah, biaya terjangkau, dan nilai historis yang tinggi, Corolla DX tetap menjadi pilihan menarik bahkan di tahun 2025. Tak sedikit yang menganggap mobil keluaran 1970–1980-an sebagai investasi menguntungkan karena jumlahnya semakin langka. Bagi para penggemar mobil klasik, Corolla DX tetap menjadi legenda yang layak dimiliki.
