![]() |
foto:www.brilio.net |
Tulisan ini terinspirasi dari kelupaan sang imam ketika memimpin tarawih di salah satu surau. Sebelumnya sudah saya posting di status fesbuk menggunakan akun pribadi saya tepat tanggal 6 Juni 2016 pukul 20.00 (akurat kan?). Tapi gak papa ya, saya bagi lagi disini. Barangkali, kalian-para pembaca yang budiman- belum berteman dengan saya di fesbuk, hehe. Tapi, saya tambahin sedikit pengantar biar tambah nyampleng dan berkah ketika kalian membacanya, oke? Setuju ya?
“Cepet-cepet, sudah dapat (6/16) rakaat, sebentar lagi selesai”. Demikian merupakan apa yang telah dibatin oleh salah satu makmum tarawih. Kamu juga kan?? Akui saja…
Ketika menginjak rakaat pertama, dan sang imam mulai mengangkat tangan guna takbiratul ihram, secara otomatis otak kita berubah menjadi kalkulator. Tanpa disuruh pun sudah menghitung mundur bilangan rakaat tarawih. Tapi, ada juga yang menghitung maju, dimulai dari satu berakhir 8 rakaat. Begitu juga yang tarawihnya 20 rakaat.
Melihat kasus ini, saya pun hendak memberikan saran, bagi sang imam, jangan sampai salah bilangan saat memimpin salat tarawih. Meski hakikat manusia kadangkala salah, karena sang imam juga manusia. Namun, ketika tarawih salah bilangan. Bagi sang imam hal itu bisa menjadi petaka lho, Kenapa? Ketika tarawih (8/20) rakaat dan sang imam salah hitung yang endingnya jadi 10 atau 22 rakaat, yang terjadi adalah jamaah nggrundel senggrundel-nggrundelnya. “Imame piye toh, kok isa dadi (10/20) rakaat ki lho, jan payah tenan” keluh salah satu jamaah, namun hanya di batin saja. Begitu juga sebaliknya, ketika ending rakaat tarawih menjadi (6/18) rakaat.