7 Sisi Tersembunyi Purbaya Yudhi Sadewa: Dari Keris Pusaka, Drama China, Hingga Sebut IMF ‘Bodoh’

Fakta Purbaya Yudhi Sadewa, Hobi Purbaya Yudhi Sadewa, Purbaya Yudhi Sadewa Keris, Purbaya Yudhi Sadewa IMF, Gaya Hidup Purbaya Yudhi Sadewa, Profil Menteri Keuangan, Fakta Menarik Menkeu

Lupakan sejenak citra kaku seorang Menteri Keuangan yang berkutat dengan angka triliunan. Di balik sosok Purbaya Yudhi Sadewa yang kita kenal di media, tersimpan pribadi yang penuh warna, kompleks, dan seringkali mengejutkan. Sejak dilantik menggantikan Sri Mulyani, publik mulai menggali sisi lain dari sang teknokrat.

Berikut adalah tujuh fakta menarik dan jarang diketahui yang akan melukiskan potret utuh Purbaya Yudhi Sadewa, dari hobinya yang tak terduga hingga keberaniannya yang kontroversial.

1. Sang Empu di Tengah Birokrasi: Hobi Koleksi Keris Pusaka

Fakta paling tak terduga dari seorang doktor ekonomi lulusan AS adalah kecintaannya yang mendalam pada keris. Ini bukan sekadar koleksi, melainkan sebuah passion. Melalui akun media sosialnya, Purbaya kerap berbagi momen saat ia “bermain” dengan koleksi tosan ajinya, termasuk keris semar mesem yang bisa berdiri tegak, menunjukkan keseimbangan dan energi yang dipercaya oleh para kolektor.

“Abis jalan di car free day, terus makan mie…terus maen keris…” tulisnya santai. Hobi ini lebih dari sekadar pelepas stres; ini adalah jembatan yang menghubungkan nalar modernnya dengan warisan filosofis dan spiritual Nusantara. Di saat banyak elite melupakan akar budayanya, Purbaya justru merawatnya dengan khidmat.

2. “Guilty Pleasure” Sang Menteri: Kecanduan Drama China Pendek

Jika keris menunjukkan sisi tradisionalnya, hobi rahasia lainnya menunjukkan sisi manusianya yang sangat modern dan relatable. Dalam sebuah perbincangan santai dengan Putri Tanjung, Purbaya tanpa ragu mengaku bahwa cara terbaiknya mengatasi stres adalah dengan maraton menonton drama China pendek (dracin).

“Saya suka nonton drama China pendek,” akunya polos. Kebiasaan ini bahkan sering membuat istrinya, Ida Yulidina, kesal karena ia bisa terlarut berjam-jam. Fakta ini mendobrak citra pejabat yang kaku, menunjukkan bahwa di balik keputusan-keputusan fiskal yang rumit, ada seorang pria yang menikmati hiburan ringan dan adiktif seperti jutaan Indonesia lainnya.

3. Plot Twist Akademik: Transformasi Insinyur ITB Menjadi Doktor Ekonomi

Jalur Purbaya adalah sebuah anomali yang menunjukkan kelincahan intelektualnya. Ia memulai karier akademiknya sebagai Sarjana Teknik Elektro dari ITB. Namun, ia mengambil lompatan kuantum saat melanjutkan studi ke Purdue University, AS, di mana ia langsung terjun ke program Doktor (Ph.D.) bidang Ilmu Ekonomi.

Fenomena “langsung doktor tanpa master” ini, seperti yang dianalisis netizen, terjadi karena reputasi lulusan ITB yang dianggap sudah sangat mumpuni. Transformasi drastis dari ilmu eksak ke ilmu sosial ini membuktikan kapasitas otaknya untuk beradaptasi dan menguasai bidang yang sama sekali baru, sebuah kemampuan yang kini ia terapkan dalam mengelola ekonomi negara yang dinamis.

4. Saksi Hidup 1998: Menganalisis Kehancuran Ekonomi dari Dekat

Purbaya bukan hanya membaca krisis moneter 1998 dari buku. Ia adalah saksi hidup sekaligus analisnya. Saat krisis menghantam, ia tengah merampungkan studinya di AS dan menyaksikan tanah airnya luluh lantak. “Pulang, negara sudah berantakan,” kenangnya.

Dengan ketajaman seorang ekonom yang baru lulus, ia mendiagnosis akar masalahnya: kesalahan fatal kebijakan moneter. Bank Indonesia saat itu menaikkan suku bunga hingga 60% (yang membunuh sektor riil) sambil mencetak uang (yang dipakai spekulan untuk menyerang rupiah). “Kita membiayai kehancuran ekonomi kita tanpa sadar,” analisisnya. Pengalaman traumatik inilah yang menempa filosofi ekonominya dan membuatnya sangat waspada terhadap kebijakan ortodoks yang buta konteks.

5. Filosofi Bajaj dan Pecel Lele: Menkeu Paling “Merakyat”

Di antara semua fakta, gaya hidup sederhananya adalah yang paling memenangkan hati publik. Dengan kekayaan bersih Rp39,2 miliar, Purbaya dan istrinya masih memilih naik bajaj untuk kencan akhir pekan atau sabar mengantre tiket PRJ seperti warga biasa.

Kecintaannya pada kuliner pinggir jalan—dari pecel lele hingga siomay—adalah bagian autentik dari dirinya. Komentarnya soal pecel lele yang “lebih enak dari steak di Bisteka” bukan pencitraan, melainkan cerminan dari lidah dan hati yang tetap terhubung dengan rakyat. Ini adalah pejabat yang menolak hidup di menara gading.

6. Batik Biru-Cokelat: “Seragam” Ikonik yang Sarat Makna

Purbaya memiliki “seragam” personal yang menjadi ciri khasnya: batik ikonik dengan paduan warna biru, cokelat, dan hitam. Batik ini telah menemaninya di berbagai forum penting selama bertahun-tahun. Konsistensi ini adalah sebuah pernyataan. Di era pejabat yang kerap memamerkan kemewahan, pilihannya untuk setia pada satu batik favorit menunjukkan karakter yang praktis, tidak konsumtif, dan fokus pada substansi ketimbang penampilan.

7. Keberanian Kontroversial: Blak-blakan Menyebut IMF “Bodoh”

Jauh sebelum menjadi menteri, Purbaya pernah membuat geger saat dalam sebuah forum investasi dengan lantang menyebut International Monetary Fund (IMF) “bodoh”. Pernyataan yang kembali viral ini bukanlah celetukan tanpa dasar. Ia merujuk pada resep kebijakan IMF saat krisis 1998 yang menurutnya justru memperparah keadaan.

Meski kontroversial, keberanian ini menunjukkan dua hal penting: integritas intelektual dan independensi berpikir. Ia tidak segan menantang institusi global yang paling berkuasa demi membela apa yang ia yakini benar untuk Indonesia.

Untuk membaca profil lengkap dan perjalanan hidup Purbaya Yudhi Sadewa secara komprehensif, silakan kunjungi  Biografi Lengkap Purbaya Yudhi Sadewa: Menteri Keuangan RI Pengganti Sri Mulyani di situs kami.